Membina keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan harapan dari tiap pasangan yang menikah. Kehadiran anak-anak pun diharapkan dapat menambah kebahagiaan dari suami-istri yang saling berkomitmen dalam ikatan pernikahan untuk membangun keluarga impian mereka. Akan tetapi, tekanan dari tuntutan peran sebagai orangtua seringkali menjadi ancaman bagi kesejahteraan psikologis orangtua, terutama jika mereka memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK). Untuk bisa bertahan menghadapi tekanan dari kendala-kendala yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, orangtua perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi secara positif terhadap kejadian yang menekan, atau biasa disebut sebagai resiliensi. Berbagai penelitian mengenai resiliensi menunjukkan adanya banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat resiliensi individu, dan salah satu faktor yang memiliki pengaruh positif terhadap resiliensi adalah spiritualitas. Berbeda dengan religiusitas, spiritualitas berfokus pada pengalaman individual mengenai hal-hal yang transenden, terlepas dari intensitas keterlibatannya dalam afiliasi religius apapun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh tingkat spiritualitas terhadap tingkat resiliensi orangtua dari ABK. Partisipan yang terdiri dari 59 ibu dan 13 ayah dari ABK mengisi kuesioner Daily Spiritual Experience Scale (DSES) sebagai pengukur spiritualitas, dan Brief Resilience Scale (BRS) sebagai pengukur resiliensi. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari spiritualitas terhadap resiliensi (p<.005). Dalam penelitian ini ditemukan juga adanya korelasi signifikan antara masing-masing dimensi dalam spiritualitas dengan resiliensi. Hasil-hasil temuan signifikan lainnya yang terkait dengan pengaruh dari spiritualitas terhadap resiliensi juga turut didiskusikan.