Perlindungan hukum terhadap merek terkenal dalam perspektif persaingan usaha tidak sehat

Hasudungan, Moses Rizki (2020) Perlindungan hukum terhadap merek terkenal dalam perspektif persaingan usaha tidak sehat. Masters thesis, Universitas Pelita Harapan.

	Text (Title) Title.pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (2MB)
Preview	Text (Abstract) Abstract (1).pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (128kB) | Preview
Preview	Text (ToC) ToC.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (80kB) | Preview
Preview	Text (Chapter1) Chapter1.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (211kB) | Preview
	Text (Chapter2) Chapter2 (1).pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (193kB)
	Text (Chapter3) Chapter3 (1).pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (136kB)
	Text (Chapter4) Chapter4 (1).pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (277kB)
	Text (Chapter5) Chapter5 (1).pdf Restricted to Registered users only Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (102kB)
Preview	Text (Bibliography) Bibliography.pdf Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial Share Alike. Download (115kB) | Preview

Abstract

Tidak adanya pengaturan mengenai tindakan-tindakan terkait persaingan usaha tidak sehat dan masih belum memadainya kriteria merek terkenal mengakibatkan munculnya masalah peniruan atas merek asing terkenal yang menyebabkan kerugian pada pemilik merek tersebut maupun konsumen. Sebagai anggota, Indonesia tunduk kepada Konvensi Paris (The Paris Convention for The Protection of Industrial Property) dan TRIP’s (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Propery Rights, Including Trade in Counterfeit Good). Akan tetapi ketentuan ini memberikan kebebasan kepada setiap Negara anggota untuk menetapkan dan mengatur keterkenalan suatu merek di negaranya masing-masing. Dalam prinsipnya, ketentuan keterkenalan suatu merek pada akhirnya tetap diserahkan kepada majelis hakim. Pada dasarnya perlindungan terhadap merek terkenal bisa menerapkan itikad tidak baik kepada pemohon yang mendaftarkan mereknya secara tidak jujur karena membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran suatu merek, sehingga merugikan pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan tidak sehat, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Namun, pembuktian adanya itikad tidak baik sulit dilakukan karena harus dikaitkan dengan pembuktian adanya persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya yang dalam Undang-undang Merek juga belum diatur secara lengkap dan jelas. Selanjutnya, pembuktian adanya prinsip itikad tidak baik juga juga harus didahului dengan pembuktian keterkenalan merek tersebut. Oleh karena itu, harus ada peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keterkenalan suatu merek dan peniruan merek yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan hal tersebut, maka sengketa yang berkaitan dengan peniruan merek terkenal dapat diselesaikan atau sedapat mungkin dihindari. / The absence of regulation stipulating what actions constituting unfair competition arousing a problem of imitation of foreign well- known mark that causes disadvantage to the owner of foreign well- known mark. Indonesia is subject to such as (The Paris Convention for the Protection of Industrial Property/Konvensi Paris) dan (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeit Good/TRIPS). However, this provision gives freedom to each member state to stipulate and regulate fame of a trademark in their respective country. In principle, determining the fame of a trademark eventually is left to panel of judges. Basically the protection of well-known mark can apply the principles of bad faith to an applicant who registers his/her brands dihonestly because of duplicating, imitating, or tracing the fame of the trademark that cause disadvantage to another party or arousing condition of unfair competition, deceiving or misleading the consumers. However proving the existence of bad faith is also difficult because it must be associated with proving the existence of the equation substantially or wholly which Law on Trademark has not clearly and completely regulated. Furthermore, proving the bad faith principles must be preceded by proving the fame of the trademark. Therefore, there must be clear rules governing the fame of a trademark and the imitation trademark resulting in unfair competition. Based on that disputes relating to duplicating well-known marks can be solved or avoided wherever possible.

Actions (login required)

View Item