Seiring masuknya era globalisasi dan perkembangan zaman, banyak budaya luar negeri yang masuk ke Indonesia salah satunya adalah makanan cepat saji. Rendahnya nutrisi dan tingginya lemak pada makanan cepat saji dapat menimbulkan beberapa masalah seperti kadar kolesterol yang tinggi, masalah kardiovaskular, obesitas, hipertensi, masalah pada ginjal, masalah neurologi, kanker, dan dismenore. Tingginya angka dismenore pada remaja menjadi perhatian untuk mencari penyebab terjadinya kejadian ini. Terdapatnya beberapa kontroversi dalam hubungan makanan cepat saji dan dismenore membuat penelitian ini dianalisis kembali. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi observasional dengan desain potong lintang dilakukan kepada 105 responden siswi. Sampel dipilih secara non-random purposive sampling pada SMA Tarakanita Gading Serpong. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian adalah frequency food questioner (FFQ) untuk konsumsi makanan cepat saji dan WaLIDD score untuk menilai dismenore. Data di olah menggunakan SPSS 25. Berdasarkan hasil data yang diolah menggunakan uji statistik chi-square dan uji continuity correction, diperoleh hasil yang signifikan antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dan terjadinya dismenore dengan p-value < 0,05 dan odds rasio sebesar 4,2. Selain itu diperoleh hasil yang signifikan juga antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dan derajat nyeri dismenore dengan p-value < 0,05 dan odds rasio sebesar 4,5. / At this present, we're in the globalization era, where many foreign cultures enter Indonesia. One of them is fast food. Low nutrition and high fat in fast food can lead to several problems such as high cholesterol levels, cardiovascular problems, obesity, hypertension, kidney problems, neurological problems, cancer, and dysmenorrhea. The high number of dysmenorrhea in adolescents be a concern to find causes of this incident. This research was conducted because there is still controversy about the incidence of dysmenorrhea and fast food. This research was conducted with an observational study method with a cross-sectional design conducted to 105 female respondents. Samples were selected by non-random purposive sampling at Tarakanita Gading Serpong High School. The questionnaire used in this study was the food frequency questioner (FFQ) for fast food consumption and the WaLIDD score to assess dysmenorrhea. The data is processed using SPSS 25. The results of data were processed using the chi-square and continuity correction test, a significant result was obtained between the frequency of fast food consumption and dysmenorrhea with a p-value <0.05, and the odds ratio 4.2. Besides that, a significant result was also obtained between the frequency of consumption fast food and degree of dysmenorrhea pain with a p-value <0.05 and an odds ratio 4.5.