Latar belakang: Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia naik dari 6,9% (Riskesdas 2013) menjadi 10,9%. Menurut penelitian oleh Kishor Khotkar et al. yang dilakukan di India, kepatuhan pengobatan untuk pasien diabetes melitus tipe 2 masih rendah dan berpengaruh terhadap kontrol glikemik yang tidak terkontrol. Kepatuhan pengobatan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis obat, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor psikologis, dan faktor sosial. Kepatuhan pengobatan penyakit kronis dapat menggunakan MMAS-8 yang telah tervalidasi WHO sebagai metode pengukurannya, yaitu berupa kuesioner. Alat ukur gold standard kontrol glikemik adalah menggunakan HbA1c yang dapat menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama periode 8-12 minggu sebelumnya. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan dan faktor-faktor kepatuhan pengobatan antihiperglikemia oral terhadap kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan mengisi kuesioner MMAS-8 pada survei online melalui media sosial dengan melibatkan minimal 67 pasien diabetes melitus tipe 2. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square menggunakan software SPSS 25.0. Hasil: Diperoleh 51 total sampel pasien diabetes melitus tipe 2 dan 22 (62,9%) responden yang patuh pengobatan memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kontrol glikemik (p value>0,05, OR 2,82, 95% CI 0,83-9,57), serta faktor kepatuhan pengobatan yang memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap kepatuhan pengobatan, yaitu jumlah jenis obat (p value>0,05, OR 0.639, 95% CI 0,169-2,415), tidak ada efek samping (p value>0,05, OR 1.524, 95% CI 0,229-10,150), dan pengawas obat (p value>0,05, OR 0,458, 95% CI 0,136-1.541). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang kurang signifikan antara kepatuhan pengobatan antihiperglikemia oral dengan kontrol glikemik pada pasien diabetes melitus tipe 2. Kata kunci: Kepatuhan pengobatan, faktor-faktor kepatuhan pengobatan, antihiperglikemia oral, kontrol glikemik, diabetes melitus tipe 2 / Background: Based on Riskesdas 2018, prevalence of people with diabetes mellitus in Indonesia has increased from 6,9% (Riskesdas 2013) to 10,9%. According to Kishor Khotkar et al. in India, medical adherence in diabetes mellitus type 2 patients are still low. Low medical adherence contributed to poor or uncontrolled glycemic control. Drug type, economic, knowledge, psychologic, and social factors related to low medical adherence. Medical adherence in chronic disease can be assessed using MMAS-8 that has been validated by WHO. Gold standard measurement for glycemic control in diabetic patients is HbA1c that could measure mean blood glucose conentration for 8-12 weeks before. Objective: The purpose of this study is to know the effect of medical adherence and factors related to medical adherence using oral antihyperglicemic towards diabetes melitus type 2 patients’ glycemic control. Method: The research design used to conduct this research was unpaired categorical analytic comparative. Data was collected by filling out MMAS-8 questionnaires on an online survey through social media using a minimum of 67 diabetic patients. Data were analyzed using chi-square statistical tests on SPSS 25.0. Results: From 51 total sample, 22 (62,9%) respondents has good medical adherence which has an unsignificant association with good glycemic control (p value>0,05, OR 2,82, 95% CI 0,83-9,57), and medical adherence factors which has an unsignificant association with medical adherence such as number of drug types (p value>0,05, OR 0.639, 95% CI 0,169-2,415), no side effects (p value>0,05, OR 1.524, 95% CI 0,229-10,150), and drug supervisor (p value>0,05, OR 0,458, 95% CI 0,136-1.541). Keywords: Medical adherence, medical adherence factors, oral antihyperglicemic, glycemic control, diabetes mellitus type 2.