Latar Belakang: Dismenorea primer didefinisikan sebagai nyeri uterus yang muncul yang terjadi selama menstruasi tanpa adanya keadaan patologi pada panggul. Di Indonesia, prevalensi remaja yang mengalami dismenore sekitar 43% - 93%. Aktivitas fisik berat diketahui dapat mengurangi derajat keparahan dismenore primer karena terjadi pelepasan endorphin yang dapat berperan sebagai analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri dan sebaliknya. Walaupun sudah dilakukan berbagai penelitian mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap derajat keparahan dismenorea primer, namun belum banyak dilaporkan mengenai penelitian yang membedakan antara aktivitas fisik ringan dan berat terhadap derajat keparahan dismenorea primer terutama pada mahasiswi UPH karena aktivitas fisiknya bervariasi sehubungan dengan jurusan masing-masing. Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan aktivitas fisik ringan dan berat yang diukur dengan Global Physical Activity Questionnaire terhadap derajat keparahan dismenorea primer yang diukur dengan WaLIDD score pada mahasiswi Universitas Pelita Harapan. Metode: Penelitian ini merupakan studi desain potong lintang dengan random sampling. Sampel penelitian berjumlah 68 mahasiswi yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok aktivitas fisik ringan dan berat. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengisi kuisioner Global Physical Activity Questionnaire untuk menilai aktivitas fisik, Rhinessa women’s questionnaire untuk mengeksklusi dismenorea sekunder, dan WaLIDD score untuk menilai derajat keparahan dismenorea. Hasil penelitian diolah menggunakan uji Mann Whitney. Hasil: Pada penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata skor dismenorea pada tingkat aktivitas fisik ringan yaitu 6,53± 1,376 dan pada tingkat aktivitas fisik berat yaitu 3,82 ± 0,936 dengan p value <0,001. Kesimpulan: Terdapat perbedaan nilai dan rata-rata yang signifikan antara aktivitas fisik ringan dan berat terhadap derajat keparahan dismenorea primer. Tingkat aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan derajat keparahan dismenorea primer dan tingkat aktivitas fisik yang berat dapat menurunkan derajat keparahan dismenorea primer./ Background: Primary dysmenorrhoea is considered an emerging uterine disease that occurs during menstruation without any pathological conditions in the pelvis. In Indonesia, the prevalence of adolescents is increasing around 43% - 93%. Heavy physical activity can reduce the severity of primary dysmenorrhea due to the release of endorphins which can be used as analgesics that can reduce pain and vice versa. Although various studies have been conducted on the effect of physical activity on the severity of primary dysmenorrhea, there has not been much reported research that distinguish between mild and heavy physical activity on the severity of primary dysmenorrhoea especially in Pelita Harapan University female students because their physical activites vary with the respect of their respective majors. Aim: To find out the difference between mild and severe physical activity measured by Global Physical Activity Quesitonnaire on the severity of primary dysmenorrhoea measured by by WaLIDD score on Pelita Harapan University students. Methods: This study was a cross-sectional design study with random sampling. The research sample evaluated 68 studies divided into 2 groups: mild and heavy physical activity groups. Data collection were carried out by filling out the Global Physical Activity Questionnaire questionnaire to obtain physical assessments, Rhinessa women’s questionnaire to exclude secondary dysmenorrhoea, and WaLIDD scores to assess the severity of dysmenorrhoea. The results of the study is analyzed using Mann Whitney test. Results: In this study it was found that the average dysmenorrhoea score at the level of mild physical activity was 6.53 ± 1.376 and at the level of heavy physical activity which was 3.82 ± 0.936 with a p value <0.001. Conclusion: From the results of the study it was found that there are significant differences in values and averages between mild and heavy physical activity on the severity of primary dysmenorrhoea. Mild physical activity can increase the severity of primary dysmenorrhoea and severe physical activity can reduce the severity of primary dysmenorrhoea.