Siswa prasekolah dengan mayoritas usia 4-5 tahun adalah anak yang berada pada masa perkembangan awal. Setiap fase perkembangan terdapat ciri atau karakteristik tersendiri. Seperti pada siswa prasekolah yang memiliki karasteristik suka bermain, menguji coba hal baru dan inisiatif. Meskipun tindakan ini adalah wajar bagi mereka, apabila tidak dilatih atau dibiasakan oleh guru maka akan menjadi masalah. Karena dapat membuat proses pembelajaran menjadi tidak kondusif. Permasalahan serupa ditemukan penulis ketika melaksanakan pratikum kedua secara daring di satu sekolah Kristen. Tindakan siswa seperti bermain sendiri, duduk tidak rapi, atau menginterupsi penjelasan guru, berdampak pada situasi kelas. Oleh sebab itu, perlu adanya pengelolaan kelas yang baik agar pembelajaran dapat berjalan optimal, salah satunya dengan penerapan konsekuensi. Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk memaparkan peran guru dalam pengelolaan kelas melalui penerapan konsekuensi terkhusus untuk siswa prasekolah agar tercapai sebuah pembelajaran yang optimal. Dalam memberikan konsekuensi, guru tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Kasih harus menjadi dasar pelaksanaan konsekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsistensi guru dalam penerapan konsekuensi dapat membuat kondisi kelas lebih kondusif sekaligus membuat perilaku siswa lebih terkontrol. Dengan begitu pembelajaran dapat berjalan maksimal dan nama Tuhan dipermuliakan.