Upacara Melaspas adalah upacara yang dilakukan untuk penyucian dan pembersihan bangunan baru atau bangunan yang sudah mulai rampung. Seiring perkembangan teknologi yang menyebabkan adanya modernisasi sehingga mampu menafsirkan makna mengenai upacara Melaspas pada kalangan anak remaja di Bali yang sudah terpengaruh modernisasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan makna dari upacara Melaspas dikalangan anak remaja di Bali dan menggambarkan interaksionisme simbolik terjadi pada kalangan anak remaja di Bali terhadap makna upacara Melaspas. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori interaksi simbolik dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik. Subjek pada penelitian ini adalah kalangan anak remaja dan pemangku adat di Bali. Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah melalui wawancara, observasi yakni jenis observasi non partisipan dan observasi sitematik, dan dokumentasi. Adapun hasil pada penelitian ini yaitu adanya perbedaan makna pada upacara Melaspas yakni secara filosofis makna awal pada upacara Melaspas sebagai penyucian dan pembersihan bangunan yang mengacu pada ritual keagamaan tetapi kalangan anak remaja di Bali memaknai upacara melaspas yaitu sebagai pemberkatan, upacara adat, meminta izin kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan sanksi adat, perbedaan makna tersebut mengacu kepada identitas budaya, artinya perbedaan pada upacara melaspas yang dahulu merupakan sebuah ritual keagamaan tetapi sekarang sudah menjadi sebuah identitas budaya. / Melaspas ceremony is a ceremony performed to purify and clean up new buildings or buildings that have begun to be completed. Along with technological developments that have led to modernization, they can interpret the meaning of the Melaspas ceremony among teenagers in Bali who have been influenced by modernization. This research aims to find out and explain the importance of the Melaspas ceremony among adolescents in Bali and to describe the symbolic interaction that occurs among teenagers in Bali regarding the meaning of the Melaspas ceremony. In this study, researchers used the symbolic interaction theory, and this research is a qualitative study using a symbolic interaction approach. The subjects in this study were teenagers and traditional stakeholders in Bali. Researchers' data in this study is thorough interviews, observation, namely, the type of non-participant observation and systematic observation, and documentation. The results of this study are that there is a difference in the meaning of the Melaspas ceremony, which is philosophically the initial meaning of the Melaspas ceremony as purification and building cleaning which refers to religious rituals, but teenagers in Bali interpret the melaspas ceremony as a blessing, traditional ceremony, asking permission from Ida Sang Hyang Widhi Wasa and customary sanctions, the difference in meaning refers to cultural identity, meaning that the difference in the melaspas ceremony which was previously a religious ritual but has now become a cultural identity.