Dilema keamanan yang dihadapi Korea Selatan berupa ancaman nuklir Korea Utara mengharuskannya mencari solusi untuk mempertahankan keamanan negara. Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) merupakan salah satu sistem jaringan pertahanan rudal milik Amerika Serikat yang dipercaya Korea Selatan dapat mengatasi dilema keamanannya. Pengadaan THAAD di Korea Selatan bersama dengan Amerika Serikat memperoleh respon negatif dari Cina yang secara tegas menolak sistem THAAD. Penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh yang timbul dari pengadaan THAAD di wilayah Korea selatan terhadap hubungan kerjasama ekonominya dengan Cina, mengingat kedekatan kerjasama ekonomi kedua negara. Dalam upaya memaparkan hal tersebut, penulis menggunakan teori Neorealisme serta konsep-konsep yaitu, kepentingan nasional, distribusi kekuatan, security dilemma, kapabilitas militer, konflik internasional, deterensi nuklir, aliansi militer, dan economic statecraft sebagai kerangka pemikiran untuk memahami isu pengadaan THAAD Korea Selatan serta pengaruhnya kepada hubungan ekonominya dengan Cina. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan penulis menggunakan metode deskriptif untuk memaparkan fenomena ini secara utuh dan menyeluruh. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berupa studi pustaka dan kemudian data yang ada penulis analisa secara naratif. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pengadaan THAAD oleh Korea Selatan di wilayahnya berpengaruh pada hubungan ekonominya dengan Cina, dimana penolakan Cina atas THAAD yang berujung pada pemberlakuan sanksi ekonomi sebagai bentuk economic retaliation kemudian memberikan tekanan besar pada perekonomian Korea Selatan. Penghapusan subsidi, peningkatan pengukuran bea, sampai pengurangan impor Cina atas produk-produk Korea Selatan menjadi rintangan besar bagi Korea Selatan terlebih dengan adanya ketergantungan sepihak dari Korea Selatan kepada Cina.