Dahulu jilbab dimaknai sebagai simbol ketaatan agama dan memiliki kesan tertutup, namun saat ini jilbab menjadi atribut sarana ekspresi dan presentasi diri bagi kaum wanita. Pemaknaan jilbab yang telah berubah menyebabkan wanita berani untuk berkreasi dan memodifikasi gaya berjilbabnya yang disebut Hijabers. Tujuan yang sama terhadap pemakaian jilbab mendorong beberapa wanita untuk membentuk sebuah komunitas yang disebut Hijab Community (HC) Depok dan memberi kebebasan kepada anggotanya untuk aktif dalam berosialisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi dimana peneliti memahami pengalaman subjektif anggota dan terlibat langsung dalam kegiatan komunitas. Menggunakan teori Dramaturgi oleh Erving Goffman, penelitian ini akan mengamati interaksi pada wilayah belakang dan wilayah depan para anggota yang kemudian akan membentuk kesan kepada khalayak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota HC Depok mengelola kesannya kepada khalayak adalah dengan penggunaan bahasa Indo-Arab, hasil definisi diri yang ditampilkan melalui busana, ekspresi wajah yang diiringi dengan gerak tubuh, dan komunikasi melalui jarak (Proxemic) antara anggota dan khalayak. / A long time ago, veil was understood as religious symbol and exclusive impression but nowadays, the meaning of veil shows expression and selfpresentation for women. The changed definition of veil made women to be able to create and modify styles of Hijab, which is called Hijabers. Women who have same visions to make veil doesn't look old-fashioned form a Hijab Community Depok as an opportunity for them to show freedom of expression for active and sociable women. This research uses phenomenological approach to investigate deeply about subjective meaning that interviewees possess. In addition, researcher was involved in community activities to observe situation in various times. From the view of Dramaturgy perspective by Erving Goffman, researcher observes interaction in front region and also back region of members, which can form impressions to audiences. The result shows that members of HC Depok do their self-impressions in four ways; bilingual language Indo-Arab, wearing dress as a result of selfdefinition, facial expression and gestures by smiling or greetings, and finally proxemics communication with women and men physically.