Knowledge Management (KM) telah diimplementasikan diberbagai perusahaan untuk meningkatkan kompetensi dan meminimalkan kesenjangan pengetahuan karyawan. Peran teknologi informasi dan komunikasi turut mendukung perkembangan KM yang dikenal sebagai Knowledge Management System (KMS). Keberlangsungan KMS tergantung pada keinginan pegawai untuk berbagi pengetahuan baik tentang kesuksesan (successes) maupun kegagalan (failures) ke KMS yang merupakan fenomena saat ini, khususnya memberikan pengetahuan kegagalan yang memiliki konsekwensi risiko bagi karyawan berupa ancaman terhadap karir. Adanya anonymity memungkinkan pegawai memberikan pengetahuan tanpa perlu mengungkap identitas. Peran latar belakang berbagai suku di Indonesia (stereotip suku) turut mempengaruhi keinginan memberikan pengetahuan. Pengumpulan data sekunder dengan convenience sampling melalui kuesioner (6 skenario) terhadap pegawai dan mahasiswa program MM pada Suku Jawa dan Batak. Hipotesis diuji dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan untuk keinginan memberikan pengetahuan: kesuksesan lebih besar dibanding kegagalan, kegagalan tanpa ancaman lebih besar dibanding disertai ancaman (kecuali Suku Batak tidak signifikan), kegagalan lebih besar secara anonim dibanding tidak anonim. Terdapat hasil perbedaan yang tidak signifikan untuk keinginan memberikan pengetahuan kesuksesan lebih besar secara tidak anonim dibandingkan anonim, tidak terdapat perbedaan antar stereotip suku dalam keinginan memberikan pengetahuan kegagalan, tidak terdapat perbedaan signifikan atas adanya perbedaan stereotip antar suku dalam keinginan memberikan pengetahuan kegagalan secara anonim