Industri manufaktur merupakan sektor paling berpengaruh bagi ketersediaan barang domestik dan pada perekonomian Indonesia disusul oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perdagangan dan jasa. Besarnya kontribusi industri ini terhadap perekonomian maka menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Keuntungan maksimal yang diperoleh melalui penjualan hasil produksi dengan harga semaksimal mungkin dengan tetap berproduksi pada range biaya yang efisien ditambah dengan kemampuan mengatur durasi pengembalian kas yang pendek menjadikan perusahaan manufaktur obyek investasi dengan risiko yang semakin kecil. Pengaturan arus kas menjadi penentu bagi performa keuangan perusahaan manufaktur. Penggunaan pendekatan statis bersamaan dengan pendekatan longitudinal menggunakan metrik arus kas untuk menilai performa perusahaan perlu dilakukan untuk hasil yang lebih akurat. Dalam penelitian ini, data yang dibutuhkan adalah laporan keuangan kuartal dari perusahaan manufaktur yang telah listing di bursa saham Indonesia dari periode Desember 2010 hingga Desember 2013. Seluruh data didapatkan melalui Indonesia Stock Exchange (IDX) dan Thompson. Data diolah dengan menggunakan STATA yang meliputi analisa deskriptif, analisa regresi panel data, analisa pengujian model, analisa pengujian statistik model, analisa pengujian R2 dan analisa granger. Setelah semua proses pengujian data selesai, dilakukan analisis berdasarkan hasil output untuk kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pendekatan longitudinal menggunakan metrik arus kas memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap performa perusahaan dibandingkan penggunaan pendekatan statis. Sehingga penilaian performa perusahaan dengan arus kas haruslah menggunakan kedua pendekatan tersebut secara bersamaan untuk hasil yang lebih akurat. Hasil ini mampu mendukung teori dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pendekatan statis bukanlah satu-satunya cara menilai performa perusahaan