Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak kepada masa dewasa, dan dikenal sebagai masa usia bermasalah yang menyebabkan mereka dapat merasa tertekan, frustasi, dan mengalami konflik internal maupun eksternal yang menjadikan penting bagi mereka untuk memiliki self-compassion dalam dirinya. Salah satu faktor yang memengaruhi self-compassion ialah keharmonisan keluarga. Namun, hasil penelitian sebelumnya terkait dengan keharmonisan keluarga dalam keluarga yang utuh dan bercerai masih belum jelas yang mengakibatkan belum ada perbedaan yang pasti pada tingkat self-compassion remaja yang berasal dari keluarga utuh dan bercerai. Mereka ada yang memiliki self-compassion yang tinggi, tetapi ada pula yang memiliki self-compassion yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat self-compassion yang signifikan antara remaja yang berasal dari keluarga utuh dan bercerai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan merupakan studi diferensial yang melibatkan 112 partisipan remaja yang berasal dari keluarga utuh dan bercerai yang dipilih menggunakan purposive dan snowball sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Welas Diri (SWD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self-compassion yang signifikan antara remaja dari keluarga yang utuh dan bercerai (t(112) = 6.09, p<.05). Penemuan lain yang berkaitan dengan self- compassion juga didiskusikan dalam studi ini. / Adolescence is a transitional period from childhood to adulthood, and is known as a problematic age which causes them to feel depressed, frustrated, and experience internal and external conflicts which make it important for them to have self-compassion in themselves. One of the factors that influence self- compassion is family harmony. However, the results of previous research related to family harmony in intact and divorced families are still unclear which results in no definite difference in the level of self-compassion of adolescents who come from intact and divorced families. Some of them have high self-compassion, but some have low self-compassion. Therefore, this study aims to see whether there were significant differences in self-compassion between adolescence from intact and divorced families. This research uses quantitative research methods and is a differential study that involved 112 adolescences participants who came from intact and divorced families selected using purposive and snowball sampling. The measuring instrument used in this study is Skala Welas Diri (SWD). Results show that there are significant differences in self-compassion between adolescence from intact and divorced families (t(112) = 6.09, p<.05). Other findings are also discussed in this study.