The innovation in Information & Telecommunication Technology has shift reading culture from printed to digital screen and also change the behavior of advertisers. It is a negative effect on the print media industry. One by one national print media went bankrupt and closed. As a profit oriented institutions, media must be responsive and look for new business models to survive in the digital age. This study takes PT Tempo Inti Media as an object of research, using qualitative methodology. Primary data derived from in-depth interviews with management and editorial of PT Tempo Inti Media, and secondary data from the Financial Statements of the period 2011 - 2015. This study found that: First, one of the strategies to survive is to change traditional printing platform into a digital platform. Second, the toughest challenge for the real change is to adjust the culture of the journalists. Third, idealism ala the print media should also be adapted to the digital media ecosystem. / Perkembangan teknologi informasi membuat budaya membaca bergesar dari membaca medium cetak ke layar digital, juga mengubah perilaku pemasang iklan. Hal ini berefek negatif terhadap industri media cetak. Satu persatu media cetak nasional bangkrut dan ditutup. Sebagai institusi berorientasi laba, media harus responsive dan mencari model bisnis baru untuk bertahan pada era digital. Penelitian ini mengambil PT Tempo Inti Media sebagai objek penelitian, dengan menggunakan metodologi kualitatif. Data primer adalah hasil wawancara mendalam dengan manajemen dan redaksi PT Tempo Inti Media, dan data sekunder dari Laporan Keuangan periode 2011 – 2015. Dari penelitian ini ditemukan bahwa: Pertama, salah satu strategi untuk survive adalah merubah platform cetak menjadi digital. Kedua, tantangan terberat bagi dalam perubahan sesungguhnya adalah perubahan budaya para wartawan. Ketiga, idealisme ‘ala’ media cetak juga harus disesuaikan kepada ekosistem media digital.