Pasar Modal sangat berperan bagi pembangunan ekonomi yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan eksternal bagi dunia usaha dan wahana investasi masyarakat. Perusahaan yang membutuhkan dana untuk membiayai usahanya, dapat menjual sahamnya ke pasar modal atau menerbitkan surat utang. Sedangkan masyarakat yang mempunyai kelebihan dana, mempunyai banyak pilihan untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan yang disukainya serta dalam instrumen investasi yang sesuai dengan tujuan investasi dan kemampuannya dalam menerima risiko. Salah satu instrumen tersebut adalah Reksa Dana. Meskipun Pasar Modal kita saat ini masih terpuruk karena imbas krisis ekonomi, tetapi penulis yakin pada saat Indonesia membaik kembali perekonomiannya maka Pasar Modal kita akan kembali bergairah, demikian pula dengan industri Reksa Dana nya. Dalam bukunya Bogle on Muiual Funds, John C bogle yang dikenal sebagai Bapak reksa dana Indeks dengan berdasarkan teori pasar yang efisien memberikan kiatnya untuk mendapatkan reksa dana saham yang tingkat pengembaliannya lebih baik dari reksa dana saham lainnya, yaitu dengan strategi investasi yang pasif. Penerapannya dengan membentuk reksa dana saham yang portofolionya meniru indeks pasar atau yang dikenal sebagai reksa dana mdeks. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa apakah pembentukan reksa dana indeks di Indonesia dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan dengan reksa dana saham lainnya yang dibentuk dengan strategi aktif Dalam penelitian ini penulis akan membandingkan kinerja dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan LQ-45 yang diasumsikan sebagai reksa dana indeks dengan 8 reksa dana saham yang dikelola oleh Manajer Investasi yang efektif pada periode Agustus 1997 - Desember 2001. Dari hasil yang didapatkan, secara umum dapat disimpulkan bahwa kinerja IHSG dan LQ-45 tidak bagus dan masih belum memenuhi harapan sebagai altematif investasi dalam bentuk reksa dana indeks. Namun reksa dana saham yang memiliki kinerja di atas indeks atau pembandingnya juga tidak menghasilkan perbedaan retum yang signifikan. Sehingga tidak mendukung pendapat umum yang menyatakan bahwa portofolio yang dikelola oleh Manajer Investasi secara aktif akan memberikan Risk Adjusled Return yang secara signifikan lebih tinggi dari portofolio pasar. Kinerja yang buruk ini tentunya juga sangat terkait dengan keadaan ekonomi Indonesia saat ini, dimana pasar modal ikut terimbas dalam keadaan bearish yang sangat berat. Selain itu informasi di pasar modal Indonesia belum cukup transparan sehingga keputusan investasi lebih dipengaruhi oleh issue dan rumor dibandingkan analisis fundamental dan teknikalnya, sehingga harga sekuritas yang ada seringkali belum mencerminkan infonnasi yang sesungguhnya.