Perkembangan asuransi saat ini mendapat perhatian serius dari otoritas pemerintah, dalam hal ini departemen keuangan dan juga Dewan Asuransi Indonesia. Perhatian ini menyangkut kesehatan perusahaan asuransi dalam mengelola keuangannya dan juga kesiapan untuk membayar klaim dari premi yang ditutupnya. Oleh karena itu, untuk menghindari penyalahgunaan dan salah kelola maka pemerintah juga menganggap perlu untuk mengatur kinerja perusahaan asuransi. Salah satu perangkat yang digunakan untuk mengetahui apakah aset perusahaan layak dalam menutup resiko kerugian yang mungkin timbul adalah dengan menghitung Risk Based Capital/RBC atau Batas Tingkat Solvabilitas Minimum perusahaan. Berdasar peraturan pemerintah No.481-KMK.071-1999 mengenai tingkat solvensi, perusahaan asuransi wajib memiliki RBC minimal 5% pada triwulan I 2000, 15% pada akhir 2000, 40% (2001), 75% (2002), 100% (2003) dan 120% pada akhir 2004. Dari perhitungan RBC PT Asuransi ABC didapatkan bahwa perusahaan telah mencapai ketentuan yang ditetapkan bahkan jauh melebihi batas minimum yang ditetapkan yaitu untuk tahun 2000 sebesar 180,88% dan tahun 2001 sebesar 281,42%. Untuk mengetahui kinerja keuangan lebih lanjut dari PT Asuransi ABC dapat diketahui dengan menghitung rasio keuangan dari segi solvabilitas, profitabilitas, dan likuiditas. Dari segi solvabilitas dapat diukur kemampuan perusahaan dalam menanggung resiko yang mungkin terjadi. Terdapat kenaikan tingkat solvabilitas dari tahun 2000 ke 2001. Sedangkan dari segi profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam menciptakan keuntungan dapat dilihat dari rasio kerugian perusahaan yaitu terjadi penurunan rasio di tahun 2001 yang berarti bahwa perusahaan melakukan penutupan atas resiko asuransi dengan baik dan terdapat peningkatan pendapatan underwriting perusahaan. Untuk sisi likuiditas dapat dikatakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi solvabel karena sedikit dana dari luar yang digunakan untuk membiayai kekayaan yang diperkenankan. Dari perhitungan kinerja keuangan perusahaan dengan sarana rasio dan RBC dapat dihasilkan bahwa perusahaan telah berada dalam kondisi yang solvent. Ini dapat dijadikan tolak ukur bagi nasabah dalam memilih perusahaan asuransi. Selain hal diatas dapat dilihat dengan kriteria-kriteria pemilihan perusahaan asuransi yang baik antara lain dengan melihat dari segi aset dan kewajibannya, kebijakan underwriting, tingkat underwriter perusahaan, pihak reasuradur, harga premi, dan bentuk pelayanan yang diberikan perusahaan asuransi.