Perawat yang sedang menangani kasus COVID-19 memiliki kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatannya sendiri. Kesulitan atau hambatan tersebut merupakan beban kerja yang sangat berat karena pasien COVID-19 yang setiap hari kian meningkat, belum lagi tekanan karena alat pelindung diri yang kurang, stigma sosial, sampai rasa takut terinfeksi virus tersebut. Hal-hal tersebut jika tidak dapat teratasi dapat berkembang menjadi perasaan negatif seperti stress, sehingga perawat mengalami burnout. Agar dapat mengatasi kesulitan dan hambatan tersebut, dibutuhkan resiliensi yang merupakan suatu kemampuan untuk dapat bertahan, beradaptasi, dan berkembang dalam situasi yang sulit. Self-compassion merupakan salah satu sumber penting untuk dapat meningkatkan resiliensi dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Self-compassion sendiri merupakan suatu kemampuan diri untuk menerima dan mengasihi diri sendiri. Self-compassion memiliki enam dimensi yaitu self-kindness, self-judgment, common humanity, isolation, mindfulness dan over-identification. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh self-compassion terhadap resiliensi pada perawat COVID-19 di rumah sakit Jakarta. Penelitian ini memiliki 49 partisipan yang semuanya merupakan perawat frontliners COVID-19 di rumah sakit Jakarta. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur self-compassion yaitu Self-Compassion Scale (SCS) dan resiliensi menggunakan Brief Resilience Scale (BRS), yang keduanya telah diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini mendapatkan hasil terdapat pengaruh positif yang signifikan antara self-compassion terhadap resiliensi pada perawat COVID-19 di rumah sakit Jakarta (r=.700, r2=.490; p<.05).