Persaingan usaha di dalam pasar adalah hal yang biasa, dan banyak situasi di mana usaha melakukan merger dan akuisisi agar dapa tmengembangkan usaha. Baru-baru ini, Grab baru saja memutuskan untuk melakukan transaksi merger dengan Uber dan mengakuisisi aset Uber di pasar Asia Tenggara. Grab dan Uber sendiri merupakan aplikasi transportasi berbasis online. Ini menyebabkan kerisauan dari pihak-pihak tertentu di Asia Tenggara, salah satunya adalah komisi persaingan usaha di Singapura yaitu CCCS (Competition and Consumer Commission of Singapore).Oleh seba bitu, CCCS mulai menyelidiki dan mengeluarkan putusan atas pelanggaran Grab dan Uber akan terjadinya persaingan usaha tidak sehat di pasar Singapura atas dasar Substantially Lessening Competition (SLC) Test. Sedangkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha di Indonesia sampai saat ini masih memilih untuk memonitor Pasar transportasidaring. Maka dari itu, penelitian skripsi ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan merger yang dilakukan oleh Grab dan Uber melanggar hukum Persaingan Usaha Indonesia, apakah dengan ini akan menganggu pasar Indonesia khususnya dalam pasar Transportasi Daring, dan apa Efficiency Defense dapat diterapkan dalam transaksi merger Grab dan Uber. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif, dan akan membandingkan penanganan transaksi merger Grab di Singapura dengan situasi di Indonesia, Hukum Persaingan Usaha dapat diterapkan di dalam kasus ini karena adanya efek doktrin. Penelitian ini menemukan bahwa transaksi merger antara Grab dan Uber memang melanggar HukumPersaingan Usaha, dan Efficiency Defense tidak bisa digunakan dalam kasus ini. Solusi yang diberikana dalah untuk KPPU segera menyelidiki transaksi ini.