Tujuan – Dengan meningkatnya pusat perbelanjaan yang berada di ibu kota menjadikan sektor ritel berlomba-lomba untuk menjajakan barang dagangannya. Baik toko ritel yang berada di tempat elit maupun yang tergolong kelas ekonomi saling meluncurkan strategi dalam menjual barang dagangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strategi scarcity (kelangkaan) serta future discount (diskon di masa mendatang) dapat mempengaruhi purchase (keputusan pembelian) seorang konsumen sehingga dapat memberikan suatu strategi yang bermanfaat bagi penggiat dunia ritel saat ini. Desain / Metodologi – Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terdiri dari 2 studi. Pada studi pertama menguji pengaruh scarcity terhadap purchase, pengaruh scarcity terhadap perceived emotional value (nilai emosional), pengaruh perceived emotional value yang memediasi pengaruh positif scarcity terhadap purchase, serta involvement with product class (keterlibatan kelas produk) yang memoderasi pengaruh positif scarcity terhadap purchase. Pada studi kedua menguji tentang pengaruh future discount yang digandengkan dengan scarcity terhadap purchase serta pengaruh involvement with product class yang memoderasi pengaruh negatif future discount terhadap purchase. Pada penelitian ini disematkan juga variabel kontrol yaitu risk aversion (penghindaran resiko) dan impulse buying (pembelian tak direncanakan). Total responden pada kedua studi ini sebanyak 160 dimana dibagi menjadi 20 responden yang tersebar rata pada 8 model. Penelitian ini menggunakan analisa Binary Logistic Regression serta Linear Regression. Hasil Penelitian – Hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor scarcity sangat mendominasi purchase akan tetapi scarcity tidak memberikan pengaruh terhadap perceived emotional value. Bahkan ketika perceived emotional value memediasi scarcity terhadap purchase. Involvement with product class mempunyai pengaruh ketika memoderasi scarcity terhadap purchase, ketika keterlibatan semakin tinggi maka pengaruh scarcity tersebut semakin tinggi juga. Akan tetapi ketika scarcity tersebut digabungkan dengan future discount akan ditemukan sebaliknya. Ketika involvement tinggi maka pengaruh future discount terhadap purchase akan melemah sementara ketika involvement rendah maka pengaruh future discount terhadap purchase akan menguat. Hal ini menjelaskan bahwa untuk produk- produk dengan involvement tinggi dapat melakukan strategi scarcity dimana barang yang dijual terbatas sementara untuk produk dengan involvement rendah dapat dilakukan strategi future discount dengan kuantitas barang yang banyak. Implikasi – Dengan mengenal lebih dalam mengenai perilaku konsumen maka kiranya para pelaku ritel dapat menyusun program-program strategis dalam memasarkan produk yang dijual