Beberapa tahun belakang ini tingkat pertumbuhan penghuni rumah susun atau lebih populer disebut dengan apartemen meningkat semakin tajam. Dimulai dengan perbaikan keadaan ekonomi menengah dan menengah atas secara berangsur-angsur sejak krisis moneter yang secara langsung berdampak kepada perbaikan di sektor properti karena meningkatnya daya beli pasar properti. Selain itu peningkatan jumlah penghuni dan calon penghuni apartemen disebabkan oleh sarana lalu-lintas yang tidak bertambah sehingga memperpanjang waktu tempuh dari rumah ke tempat kerja, pemikiran warga Jakarta yang semakin moderen, keterbatasan lahan untuk Landed Houses , dan lain-lain. Tingkat permintaan yang mengikat tajam ini tidak disertai dengan kemampuan pemerintah dalam mengawasi pembangunan rumah susun dan kemampuan pengembang dalam memenuhi permintaan secara cepat tetapi tetap berkualitas. Akibatnya banyak sekali apartemen yang mempunyai kelemahan dari segi pertukaran udara, fungsi dan bentuk ruang, pencahayaan, dan lain-lain. Dari berbagai kelemahan tersebut yang paling terasa adalah bentuk dan fungsi ruang yang tidak sesuai. Hal ini sering mengakibatkan renovasi ulang oleh penghuni yang menelan biaya besar. Sedangkan salah satu alasan untuk membeli unit apartemen adalah harga yang lebih ekonomis dibandingkan dengan Landed House di lokasi yang sama. Karya tulis ini mencoba mencari solusi yang lebih murah dalam mengubah bentuk ruang interior rumah susun yaitu tidak dengan pembongkaran melainkan dengan mempermainkan persepsi penghuni terhadap ruang dengan permainan warna. Solusi tersebut dibuat berdasarkan landasan teori yang sudah tersedia yang diaplikasikan pada sebuah studi kasus, yaitu sebuah unit apartemen di daerah Kemayoran-Jakarta bernama Apartemen Puri Kemayoran. Mengingat sumber teori yang digunakan berasal dari tempat dengan kondisi geografis dan iklim yang berbeda dengan kondisi studi kasus aplikasi tersebut kemudian dianalisa ulang dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan korelasi. Analisa tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa landasan teori yang digunakan dapat digunakan di wilayah iklim tropis seperti Indonesia ini.