Konflik di Papua merupakan sebuah isu yang berkepanjangan sejak kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, sehingga isu tersebut melibatkan beberapa aktor, negara serta non-negara dalam menginternasionalisasikan isu Papua secara mandiri maupun melalui berbagai organisasi seperti Melanesian Spearhead Group (MSG). Keterlibatan berbagai aktor dalam isu domestik membuat topik ini patut dipelajari, dengan menganalisa kepentingan aktor-aktor yang ikut mengambil bagian dalam mengurusi isu domestik Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis metode deskriptif. Untuk dapat menjawab penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep yang relevan, antara lain konsep kepentingan nasional untuk mengilustrasikan kepentingan negara yang terlibat di dalam isu Papua, konsep regionalisme sebagai landasan dari pembentukan organisasi sub regional di Pasifik Selatan yang digunakan sebagai instrumen oleh negara seperti Vanuatu dalam merealisasikan kepentingannya dan konsep etnonasionalisme sebagai bentuk persatuan bangsa Melanesia dengan Papua. Penulis juga akan menggunakan teori realisme sebagai perwujudan dari negara-negara yang memberdayakan organisasi sebagai instrumen untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa negara seperti Vanuatu dan Australia memiliki kepentingan tersendiri dalam isu Papua, dimulai dari faktor nasionalisme yang mendorong adanya perluasan kekuatan regional, hingga adanya ancaman dari isu Papua bagi stabilitas keamanan di Selatan Pasifik. Vanuatu dan Australia memiliki sudut pandang yang berbeda dalam resolusi konflik Papua, namun sudut pandang tersebut berlandaskan kepentingan nasional dalam kawasan Pasifik.