Musik film secara umum berfungsi untuk menggambarkan emosi, karakter, latar tempat, dan unsur lainnya yang ingin diperkuat dalam sebuah film. Pada film “Meha”, musik film dibuat khusus mengikuti latar tempat dari film, yaitu Sumba. Penggunaan lagu rakyat asal Sumba yang berjudul “Rinjungu Paraingu” menjadi kunci utama dari komposisi musik film tersebut. Diawali dengan vokal yang menyanyikan lagu rakyat tersebut, dan diiringi dengan orkestra yang bertujuan untuk mendukung suasana dari film tersebut. Sehingga dibutuhkan penelitian untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh musik film tersebut dalam menggambarkan budaya lokal yang sesuai dengan film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan menyebarkan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan terbuka dan dibagikan kepada 12 responden yang memiliki latar belakang musik dan film. Empat diantaranya dianggap sebagai responden ahli, sementara delapan responden lainnya dianggap sebagai responden non-ahli atau masih berstatus mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi musik film dianggap cukup untuk menggambarkan keseluruhan film. Namun, terdapat perbedaan pandangan antara responden dengan latar belakang film dan musik. Bagi responden berlatar belakang musik, akan lebih baik apabila budaya lokal juga digambarkan tidak hanya dengan vokal melainkan dengan instrumen asal Sumba untuk menunjukkan timbre yang khas, namun bagi responden berlatar belakang film merasa penggunaan vokal dan orkestra sudah cukup untuk mendukung keseluruhan film.