Taganing merupakan salah satu alat musik tradisional Batak yang sering digunakan dalam beragam ritual agama serta acara yang memiliki unsur-unsur ritual adat. Namun, alat musik taganing Batak kini tidak digunakan untuk ritual adat saja melainkan sudah berkembang menjadi alat musik yang dapat digunakan dalam hiburan dan produksi musik Batak. Dalam produksi musik Batak bunyi taganing dapat diproses melalui dua metode. Metode yang pertama berupa perekaman alat musik taganing itu sendiri dan metode yang kedua dilakukan dengan cara memproses secara digital menggunakan VST (Virtual Studio Technology). Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan dua metode yaitu perekaman alat musik taganing Batak dan penggunaan VST dalam produksi musik Batak. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif digunakan bertujuan untuk menjelaskan preferensi subjektif terhadap kualitas bunyi, rasa, dan efisiensi waktu. Proses perbandingan perekaman dan VST akan dilakukan dengan melakukan perekaman dua pola ritme taganing dengan tiga teknik mikrofon yang berbeda yaitu teknik spot-based off-axis 90°, 60°, dan 180°. Hasil perekaman dan imitasi VST kemudian dilakukan pengujian kepada 25 responden non-ahli dan 7 responden ahli. Hasil penelitian mengungkapkan adanya perbedaan sudut pandang ahli dan non-ahli. 100% responden Ahli memilih proses perekaman masih jadi preferensi karena hasil VST belum dapat mengimitasi emosi dari hasil perekaman sedangkan 52% responden non-ahli memilih VST sebagai preferensi pola ritme pertama dan 56% responden non ahli memilih VST untuk pola ritme yang kedua. Namun, kedua responden setuju bahwa kualitas bunyi VST sudah berhasil mengimitasi perekaman taganing namun belum berhasil mengimitasi rasa bunyi dari perekaman taganing.