Banyak anak panti asuhan yang hanya dipandang sebelah mata ketika keluar dari lingkungan panti asuhan, mereka seringkali mendapat cemooh “anak panti” sehingga mengakibatkan mereka menutup diri, pemalu, tidak percaya diri dan lain sebagainya. Ketika mereka sedang mengalami masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa anak yang tinggal panti asuhan akan membentuk konsep diri mereka di lingkungan panti asuhannya. Proses pembentukan identitas diri adalah ketika anak remaja dapat mengenal dirinya secara utuh. Mengenal diri sendiri merupakan unsur dasar dan bagian dari konsep diri. Adapun konsep diri dapat terbentuk melalui proses interaksi dirinya dengan lingkungan, sehingga lingkungan berperan dalam pembentukan konsep diri setiap individu. Tidak terlepas dengan orangtua asuh di panti asuhan dan teman sebaya yang berada di panti asuhan. Melihat pola tersebut maka, peneliti melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara paret and peer attachment dengan konsep diri remaja yang tinggal di SOS Children’s Village. Partisipan penelitian ini berjumlah 116 anak remaja yang tinggal di SOS Children’s Village yang diukur menggunakan innstrumen Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA) untuk mengukur kelekatan dengan orangtua dan teman sebaya dan Self-Concept oleh Marsh untuk mengukur konsep diri. Kedua alat ukur yang digunakan adalah versi yang sudah diadaptasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara parent attachment dengan konsep diri anak remaja yang tinggal di SOS Children’s Village (r=.475, p=.000) dan peer attachment dengan konsep diri remaja yang tinggal di SOS Children’s Village (r=.424, p=.000). Penemuan lain yang berkaitan dengan parent and peer attachment dan konsep diri juga turut didiskusikan.