Resistensi Antimikroba adalah saat dimana mikroorganisme berubah dan telah terpapar obat antimikroba. Sementara, MDRO atau Multidrug Resistance Organisms merupakan keadaan dimana mikroorganisme, terutama bakteri, yang resisten terhadap satu atau lebih kelas agen antimikroba. Menurut WHO, 10% pasien terkena infeksi pada saat menerima pengobatan. Kemudian, persentase pasien terkena infeksi akibat tindakan dan menjadi resistensi antimikroba lebih dari 50%. Pada penelitian yang dilakukan di Oman di Rumah Sakit Pendidikan mengenai Epidemiologi Multidrug Resistant Organisms di Rumah Sakit Pendidikan di Oman ditemukan data MDRO sebesar 10,8% per 1000 kasus. Dalam pemberian antimikroba memerlukan ketepatan dan juga data empiris agar target pengobatan tercapai dan efisien tanpa menimbulkan terjadinya resistensi lainnya. Dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 8 Tahun 2015 mengenai Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit, dikatakan strategi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dapat dilakukan dengan cara melaksanakan surveilans pola penggunaan antibiotik, serta melaporkannya secara berkala; dan melaksanakan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik, serta melaporkannya secara berkala. Oleh karena itu, penelitian ini disusun guna menemukan prevalensi multidrug resistance organisms (MDRO) di Rumah Sakit Pendidikan Siloam yang dapat digunakan dalam bentuk data empiris. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi multi drug resistant organisms di Rumah Sakit Pendidikan Siloam dalam rentang waktu Januari 2019 – Juni 2020. Penelitian ini dilaksanakan dengan desain studi observasional retrospektif dengan studi potong lintang dengan populasi target diambil dari database Laboratorium Mikrobiologi sebanyak 4.372 sampel. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jenis MDRO tertinggi adalah jenis MDR-Ab dengan persentase 70%.