Tingginya produksi dan kegiatan ekspor udang windu (Penaeus monodon) di Indonesia mengakibatkan banyaknya cangkang udang yang tersedia. Cangkang udang (kepala dan kulit) mengandung kitin yang dapat difermentasi menggunakan kapang Mucor circinelloides menjadi glukosamin. Teknologi imobilisasi dengan kalsium alginat memungkinkan proses fermentasi dengan spora M. circinelloides dapat dilakukan berulang kali dengan menggunakan spora yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan imobilisasi spora Mucor circinelloides, mengetahui konsentrasi alginat terbaik sebagai media imobilisasi, mengetahui kepadatan spora M. circinelloides terbaik, dan mengetahui stabilitas imobilisasi spora. Konsentrasi alginat yang dipakai pada penelitian ini adalah 1,5%, 2%, 2,5%,3% dan kepadatan spora yang digunakan adalah 105, 106, dan 107 spora/ml. Cangkang udang dikeringkan dan diperkecil ukurannya sehingga didapat serbuk cangkang udang, yang melewati proses demineralisasi dan deproteinasi sehingga diperoleh kitin. Kitin difermentasi dengan spora M. circinelloides terimobil dan diinkubasi selama 4 hari. Fermentasi cangkang udang P. monodon dengan spora M.circinelloides terimobil berhasil memproduksi N-asetilglukosamin. Kadar Nasetilglukosamin diukur dengan spektrofotometer vis (540 nm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara konsentrasi alginat dan kepadatan spora (p<0,05). Kadar N-asetilglukosamin tertinggi dihasilkan dari imobilisasi dengan konsentrasi alginat 1,5% dan 106 spora/ml yaitu sebesar 2525,56 ± 67,36 ppm. Imobilisasi spora M. circinelloides pada penelitian ini tetap stabil hingga siklus fermentasi ke-4.