Kapasitas produksi pengolahan udang windu yang semakin meningkat menyebabkan meningkatnya cangkang udang windu dihasilkan. Cangkang udang windu mengandung kitin sebesar 23-35,5% yang bersifat sukar larut air sehingga perlu diolah untuk menghasilkan senyawa turunannya. Senyawa turunan kitin seperti oligoglukosamin dan N-asetilglukosamin memiliki sumber potensi dalam memberikan efek positif dalam bidang pangan, biomedis, farmasi, dan industri. Senyawa turunan kitin dapat dihasilkan melalui proses hidrolisis kitin menggunakan bakteri kitinolitik. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan oligoglukosamin melalui hasil fermentasi kitin cangkang udang windu (Penaeus monodon) dengan kromatografi kolom. Proses penelitian dimulai dengan pengeringan cangkang udang, proses demineralisasi dan deproteinasi untuk menghasilkan serbuk kitin. Serbuk kitin dilakukan fermentasi menggunakan Providencia stuartii untuk menghasilkan oligoglukosamin. Hasil fermentasi kitin berupa oligoglukosamin diisolasi dengan kromatografi kolom menggunakan berbagai jenis pelarut (aseton, etanol, asetonitril, dan metanol) dan rasio antara pelarut aseton dengan etanol (100:0, 80:20, 60:40, 40:60, 20:80, dan 0:100). Jenis pelarut asetonitril menghasilkan konsentrasi oligoglukosamin tertinggi yaitu 195444,44 ± 5238,80 ppm NTCE. Rasio pelarut aseton dengan etanol (0:100) menghasilkan konsentrasi oligoglukosamin tertinggi yaitu sebesar 16583,33 ± 630,53 ppm NTCE. Analisis LC-MS terhadap fraksi asetonitril menunjukkan bahwa oligoglukosamin yang dihasilkan memiliki bentuk ikatan dimer, trimer dan tetramer, sedangkan analisis LC-MS terhadap fraksi rasio aseton dan etanol (0:100) menunjukkan bahwa oligoglukosamin yang dihasilkan memiliki bentuk ikatan dimer, trimer, tetramer dan pentamer.