Industri tektsil menjadi salah satu sumber utama masalah pencemaran lingkungan air Indonesia. Peningkatan industri tekstil di Indonesia sejak tahun 2017 telah menyebabkan peningkatan produksi limbah pewarna tekstil dalam jumlah yang besar dan seringkali dilepas ke lingkungan tanpa pengolahan khusus. Salah satu pewarna tekstil yang umum digunakan dalam industri tekstil adalah pewarna berjenis azo seperti pada merah kongo dan trifenilmetana pada hijau malakit. Akumulasi limbah pewarna pada lingkungan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia dan keseimbangan ekosistem perairan. Penggunaan biosorben menjadi solusi terbaru yang efektif dan efisien dalam pengolahan limbah tekstil karena memiliki daya serap pewarna yang tinggi dengan waktu yang singkat. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai biosorben dalam pengolah limbah tekstil merah kongo dan hijau malakit adalah eceng gondok atau Eicchornia crassipes. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat potensi akar dan daun eceng gondok untuk menyerap pewarna teksil merah kongo dan hijau malakit. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji penyerapan kinetik. Bagian akar dan daun dari eceng gondok berturut-turut mampu mendekolorisasi larutan pewarna merah kongo sebesar 91,5 % dan 91,7 % pada konsentrasi 50 mg/L dengan laju volumetrik terbesar 30 ppm/jam dan 38 ppm/jam pada 30 menit pertama. Pada pewarna hijau malakit dengan konsentrasi 50 ppm, bagian akar dan daun berturutturut mampu mendekolorisasi larutan pewarna sebesar 93,5% dan 90,9% dengan laju volumetrik 82 ppm/jam dan 36 ppm/jam pada 1 jam pertama.