Globalisasi dan perdagangan bebas membawa impak yang luar biasa bagi bermacam aspek kehidupan, urusan praktis bernegara, pihak yang satu dengan yang lain dalam wilayah ekonomi dan khususnya Pertamina sebagai unit ekonomi. Sebagai eksportir terbesar LNG dunia, Indonesia tetap menghadapi persaingan yang ketat di antara pemain bisnis LNG. Dengan adanya deregulasi dan tuntutan efisiensi yang menyebabkan kontrak penjualan LNG menjadi pendek. Semakin banyaknya kompetitor masuk, membawa konsekuensi kapasitas LNG dunia menjadi berlebih. Antisipasi Pertamina dalam industri LNG pasca tahun 2001 diformulasikan dalam suatu strategi untuk mengantisipasi era baru ke dalam analisa pendekatan SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat). Strategi perusahaan mengarahkan tindakan-tindakan dalam pencapaian misi dan tujuan perusahaan. Strategi menetapkan bagaimana mengatur perkembangan dan pertumbuhan perusahaan yang mana akan memperbaiki profitabilitas operasi demi keberlangsungan dan bertahannya perusahaan. Strategi bersaing perusahaan yakni , low cost (efisiensi), market penetration (new usage & more usage), vertical integration to maintain LNG Chain, emerging market development (India, China dan Thailand), aliansi strategis, kreatifitas dalam financial engineering, restrukturisasi organisasi, pengembangan sumber daya manusia, pembentukan Strategic Business Unit (SBU). perubahan budaya perusahaan melalui Sistem Pengendalian Manajemen Mutu. Keunggulan bersaing perusahaan yakni : Indonesia (Pertamina) merupakan supplier LNG andalan yang berpengalaman, keandalan suplai (Security o/Supply), keunggulan secara komersial, marketing yang lebih terarah dan terkoordinir dengan rapi, kemampuan membangun dan mengoperasikan kilang LNG, kemampuan mengelola produksi dengan biaya yang rendah, kedekatan antara pasar dengan lokasi LNG plant Indonesia, kemampuan untuk membangun LNG chain yang merupakan rantai perdagangan LNG. Bantuan dan dukungan dari semua pihak (manajemen perusahaan, pemerintah, dan masyarakat) yang berkepentingan dalam LNG chain diperlukan dalam mengantisipasi sejumlah peluang pengembangan industri LNG Indonesia di waktu yang akan datang di industri kawasan Pasifik. Untuk kepentingan perdagangan regional yang vital, dengan kesiapan dalam mencari dan mengembangkan jawaban mengenai masa depan baik oleh Pertamina dan Production Sharing Contractor (PSC), juga diharapkan pihak terkait (manajemen perusahaan, pemerintah, dan masyarakat) dapat memiliki pikiran terbuka dan pendekatan yang efektif dalam kerjasama wilayah luas dan dalam rantai bisnis LNG itu sendiri. Demikian juga disarankan agar pemerintah dapat mengurangi keterlibatannya dalam manajemen perusahaan demi fleksibilitas dan kesehatan perusahaan.