Samuel Paty was beheaded by an 18-year-old Russian Muslim refugee after displaying a Charlie Hebdo magazine cover depicting a cartoon of Prophet Mohammad. The French President promptly condemned the beheading, calling it an Islamist terrorist attack and defending Paty as a symbol of France's democratic traditions. On Paty's funeral and a National tribute, he addressed that he strongly upholds democratic values in France. His remarks gained significant international attention, notably from Muslim-majority countries and Islamic states. Demonstrations and condemnation took place in a number of nations, including Indonesia. Macron's words about the importance of freedom of speech is considered as a disguise through which their religion might be mocked. Indonesia, as one of Muslim-majority countries, reacted strongly against Macron’s remark. The Ministry of Foreign Affairs of Indonesia summoned the French ambassador in Jakarta, followed by an official public statement from the President of Indonesia. Thousands of people gathered outside the French Embassy in Jakarta, protesting Macron's remarks and demanding an apology from macron. This shows Indonesia’s solidarity among Muslim-majority countries and Islamic states, since Indonesia’s foreign policy has been very consistent on Islamic-related issues./Samuel Paty dipenggal oleh seorang pengungsi Muslim Rusia berusia 18 tahun setelah menampilkan sampul majalah Charlie Hebdo yang menggambarkan kartun Nabi Muhammad. Presiden Prancis segera mengecam pemenggalan itu, menyebutnya sebagai serangan teroris Islam dan membela Paty sebagai simbol tradisi demokrasi Prancis. Pada pemakaman Paty dan penghormatan Nasional, Macron mengatakan bahwa ia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi di Prancis. Pernyataannya mendapat perhatian internasional yang signifikan, terutama dari negara-negara mayoritas Muslim dan negara-negara Islam. Demonstrasi dan kecaman terjadi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kata-kata Macron tentang pentingnya kebebasan berbicara dianggap sebagai penyamaran di mana agama mereka mungkin diejek. Indonesia, sebagai salah satu negara mayoritas Muslim, bereaksi keras terhadap pernyataan Macron. Kementerian Luar Negeri RI memanggil Duta Besar Prancis di Jakarta, dilanjutkan dengan pernyataan resmi dari Presiden Indonesia. Ribuan orang berkumpul di luar Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, memprotes pernyataan Macron dan menuntut permintaan maaf dari Macron. Hal ini menunjukkan solidaritas Indonesia di antara negara-negara mayoritas Muslim dan negara-negara Islam, karena kebijakan luar negeri Indonesia sangat konsisten pada isu-isu terkait Islam.