Advertisement is a form of communication to be delivered from business subject to meet marketing function. Advertisement are very effective to promote services goods. In order to marketable, occasionally business people promised their product’s superiority, and sometimes they tend to do it too much. Often times, informed advertisement didn’t met with specification. Information delivered through electronic, masses, or any configuration shall fill ethical codes, on which states that an information should be true, obvious, inexcessive, fair, in the spirite of fain competition, and shall met other rules. But, it is frequently ignored by them who wants to make profit as much as possible through/by advertisement. Thus, this effects to consumer’s loss. Consumer can easily acquire information to buy things, but after buying the product, their quality didn’t as expected like promised. In retrospect, regulation regarding consumer protection law’s improper information through advertisement is still found weak, especially on the responsibilities of the business actor for the truth of the information advertising. Undang–Undang Perlindungan Konsumen, Undang–Undang Pers and Etika Periklanan Indonesia is not delivered great results to protect consumer against misinformation by business entities. It is need to be confirmed that every consumer’s right is fulfilled between promised products and quality by advertisement. / Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan oleh pelaku usaha untuk memenuhi fungsi pemasaran. Iklan menjadi media komunikasi yang sangat efektif untuk mempromosikan suatu produk barang. Agar produk yang dimiliki pelaku usaha memiliki nilai jual yang tinggi, terkadang pelaku usaha menjanjikan keunggulan kegunaan produk secara berlebihan. Sering informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan spesifikasi dan kondisi produk yang sesungguhnya. Informasi yang disampaikan melalui media elektronik, media cetak maupun media promosi lainnya harus memenuhi kode etik periklanan yang menegaskan bahwa informasi iklan tersebut harus benar, jelas, jujur dan sesuai serta dijiwai oleh rasa persaingan yang sehat, tidak berlebihan dan memenuhi kaedah-kaedah lainnya. Namun, ketentuan tersebut sering kali diabaikan oleh pelaku usaha yang ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui iklan. Konsekuensi pada kondisi seperti ini mengakibatkan kerugian pada konsumen. Konsumen dapat dengan mudah menerima informasi untuk membeli produk barang melalui iklan, namun setelah membeli produk, seringkali kualitas produk tidak sesuai dengan informasi yang dijanjikan pada iklan. Regulasi mengenai perlindungan konsumen terhadap kesesuaian informasi yang disampaikan melalui iklan masih ditemukan adanya kelemahan, terutama pada tanggung jawab pelaku usaha terhadap kebenaran atas informasi yang disampaikan melalui iklan. Undang–Undang Perlindungan Konsumen, Undang– Undang Pers dan Etika Periklanan Indonesia belum sepenuhnya mengatur mengenai perlindungan konsumen yang dikaitkan dengan tanggung jawab pelaku usaha terhadap isi iklan. Perlu dipastikan adanya pengaturan yang lebih spesifik terkait dengan kebenaran informasi pada iklan dan tanggung jawab pelaku usaha atas kebenaran informasi agar menjamin terpenuhinya hak konsumen atas kualitas produk yang diperjanjikan melalui iklan.