Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki keunggulan, terutama karena sifatnya yang audio visual, yang memungkinkan film lebih efektif dalam menyampaikan pesan kepada khalayak dari berbagai latar belakang budaya. “A Perfect Fit” adalah film yang menggambarkan keindahan Bali dan budaya Indonesia secara mengagumkan. “A Perfect Fit” adalah film komedi romantis tentang perjalanan Saski untuk menemukan cinta yang tepat untuk hidupnya. Film ini dengan indah memadukan budaya Bali dan modern, seolah-olah penonton diajak untuk berpartisipasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan semiotika Charles S. Pierce untuk mengetahui bagaimana budaya Bali direpresentasikan dalam film “A Perfect Fit”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif berdasarkan paradigma analisis semiotika Charles Sanders Pierce. Temuan penelitian ini ditampilkan dalam film '“A Perfect Fit”,' yang berlatar Bali dan menampilkan banyak pesan tentang budaya dan identitas Bali yang dapat dilihat penonton saat menonton film tersebut. Melukat, Pawetonan, dan Lontar merupakan budaya Hindu Bali yang menjadikan budaya dalam sebuah film menarik yang dikemas dan ditampilkan di era modern, menunjukkan bahwa budaya tradisional masih dapat ditemukan hingga saat ini. Penonton kemudian bisa melihat kegiatan tradisional Subak yang ditemui di Desa Jatiluwih, melalui “A Perfect Fit”. / Film is one of the mass communication media that has advantages, mainly because of its audio-visual nature, which allows films to be more effective in conveying messages to audiences from various cultural backgrounds. “A Perfect Fit” is a film that beautifully portrays the beauty of Bali and Indonesian culture. “A Perfect Fit” is a romantic comedy about Saski's journey to find the right love for his life. This film beautifully blends Balinese and modern culture, as if the audience was invited to participate. The purpose of this study is to use Charles S. Pierce's semiotics to find out how Balinese culture is represented in the film “A Perfect Fit”. This study uses a descriptive qualitative research approach based on the semiotic analysis paradigm of Charles Sanders Pierce. The findings of this research are shown in the film '“A Perfect Fit”,' which is set in Bali and displays many messages about Balinese culture and identity that the audience can see while watching the film. Melukat, Pawetonan, and Lontar are Balinese Hindu cultures that make culture into an interesting film that is packaged and shown in the modern era, showing that traditional culture can still be found today. The audience can then see traditional Subak activities found in Jatiluwih Village, through “A Perfect Fit”.