Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa menemukan pengetahuan sendiri dengan atau tanpa bantuan guru. Setelah penulis menerapkan pembelajaran inkuiri di kelas VIII di sebuah sekolah di Lampung, penulis mendapati sebuah permasalahan. Permasalahan tersebut adalah terdapat siswa yang sangat mampu matematika menyepelekan pembelajaran. Selain itu, terdapat siswa yang kurang mampu matematika lebih banyak mengobrol dengan teman. Hal ini melahirkan anggapan bahwa pembelajaran inkuiri tidak cocok untuk siswa yang sangat mampu dan kurang mampu. Sebaliknya, banyak teori yang mengatakan inkuiri cocok pada semua siswa. Berdasarkan itu, paper ini bertujuan untuk memberikan tinjauan teoritis mengenai pembelajaran inkuiri dan hubungannya dengan keterlibatan siswa. Melalui hasil kajian teoritis diperoleh baik siswa yang sangat mampu maupun kurang mampu dalam Matematika sesungguhnya dapat mengikuti pembelajaran inkuiri dengan baik. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, yaitu pada dasarnya pembelajaran matematika dan metode pembelajaran inkuiri sejalan karena natur keduanya saling bersesuaian. Selain itu perkembangan kognitif anak pada usia sekolah kelas VIII juga sudah mampu berpikir formal. Pengetahuan manusia berada dalam lingkup pengetahuan Allah yang tidak terbatas dan semua pengetahuan manusia harus bermuara kepada Allah, sumber pengetahuan. Saran yang penulis kemukakan, yaitu dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, guru harus berorientasi kepada siswa namun yang menjadi pusat pembelajaran adalah Allah.