Penerapan rutinitas berpikir pembelajaran yang monoton dan tidak ada keterkaitan pembelajaran dengan kehidupan siswa menutup peluang mereka untuk mengenal, menemukan potensi diri, dan cita-cita. Sejalan dengan fakta yang didapatkan penulis di salah satu SMA swasta Kristen, Jakarta Barat terdapat 16.36% siswa menuliskan hobinya dengan sembarangan karena bingung mengenali ketertarikan diri dan 5.45% dari 55 siswa kelas X MIPA dan XI IPS belum mengetahui cita-cita. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah mendeskripsikan penerapan rutinitas berpikir Making the Future untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan potensi diri. Tugas akhir ini ditulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasilnya rutinitas berpikir Making the Future dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan potensi diri. Hal ini dikaji dari 5 indikator. Pertama, siswa mengenal diri dan konsep diri. Kedua, mengetahui profesi yang diinginkan. Ketiga, merancang pengembangan diri dengan realistis dan percaya diri. Keempat, mampu menyadari kendala yang akan dihadapi dan dukungan yang diperlukan. Kelima, memiliki keberanian untuk berusaha. Saran penulis, guru dapat menerapkan metode ini untuk pembelajaran kelas X dan XI sembari terus mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan kontekstual siswa, penerapan rutinitas berpikir Making the Future dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa.