Selama beberapa dekade belakangan, student centered learning menjadi unggulan dalam sektor pendidikan di berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Pendekatan pembelajaran ini dinilai mampu menuntun siswa pada kemandirian dalam belajar. Akan tetapi dalam penerapannya, masih ditemukan beberapa kendala yang pada akhirnya membuat penulis kembali menerapkan elemen dalam teacher centered learning yakni ceramah. Oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa kedua pendekatan masih memiliki elemen yang baik untuk diterapkan. Penerapan student centered learning pada akhirnya masih membutuhkan elemen teacher directed dan penerapan teacher centered learning tetap memerlukan elemen student oriented. Menerapkan elemen yang baik dalam kedua pendekatan ini hanya bisa dilakukan dengan menggunakan landasan yang tepat. Solusi yang ditawarkan adalah menjadikan Kristus sebagai pusat pembelajaran. Dengan Kristus yang menjadi pusat, pemenuhan kebutuhan siswa yang dulunya menjadi fokus utama digeser dan digantikan oleh pembelajaran yang menuntun siswa menuju keserupaan dengan Kristus. Christ Centered Learning menjadikan pembelajaran yang alkitabiah sebagai sarana untuk membekali siswa agar mampu melihat dan berespons keadaan dunia dari kaca mata kekristenan. Pendidikan yang merupakan sarana yang dianugerahkan Allah menjadi jalan untuk pemenuhan panggilan pemuridan yang diperintahkan Allah kepada manusia.