Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan RRT dimulai pada tahun 2018, tepatnya pada saat Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menaikkan tarif terhadap komoditas dari RRT. Sikap proteksionisme Presiden Donald Trump ini membuat RRT membalas dengan hal yang sama. Untuk dapat mempertahankan keadaan ekonomi, Indonesia sebagai mitra dagang Amerika Serikat dan RRT wajib untuk memiliki kebijakan yang tepat. Konsep bebas-aktif adalah kunci yang paling tepat untuk menjawab permasalahan yang ditimbulkan akibat perang dagang ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan dampak positif dan negatif yang diterima Indonesia akibat perang dagang, (2) mengetahui peran Indonesia dalam perang dagang ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu penulis mengumpulkan berbagai informasi dari sumber yang ada dan menyajikannya dalam bentuk tulisan. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari buku, jurnal, website yang relevan, dan siaran pers. Penelitian ini akan ditulis menggunakan landasan teori neoliberalisme yang didukung oleh konsep kebijakan luar negeri (bebas-aktif), proteksionisme, dan interdependensi ekonomi. Hasil penelitian yang dicapai adalah melihat hubungan bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan RRT di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tantangan hubungan bilateralnya, dan peluang yang Indonesia dapatkan dari perang dagang ini. Dengan konsep bebas-aktif, Indonesia dapat mempertahankan ekonominya di tengah perang dagang yang terjadi.