Pertunjukan tradisional gamelan sudah lama menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Gamelan yang awalnya hanya dimiliki oleh anggota kerajaan, saat ini sudah tersebar di seluruh Indonesia dan dimiliki oleh semua rakyat. Tidak hanya itu, pembawaan musik gamelan memiliki karakteristik tersendiri berdasarkan asal daerahnya, salah satu contohnya adalah Gamelan Yogyakarta. Saat ini seni pertunjukan tradisional termasuk gamelan sudah terancam keberadaannya karena adanya invasi budaya dari luar yang menggerus keberadaan seni pertunjukan tradisi Indonesia. Disaat beberapa penggiat gamelan sedang berusaha menaikkan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap keberadaan gamelan, dunia mengalami pandemi yang menyebabkan kelumpuhan terhadap segala aspek, tidak terkecuali seni pertunjukan gamelan. Karena adanya protokol kesehatan yang membuat tidak bisa saling bertemu, kita terpaksa mengadaptasi era digital dengan lebih cepat, para paguyuban gamelan pun tidak terkecuali, agar tidak semakin tergerus oleh keadaan. Hal tersebut memberikan penulis kesempatan untuk menganalisis strategi pemasaran paguyuban gamelan dalam mengadaptasi era digital terhadap Omah Gamelan Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif, pengambilan data melalui wawancara terhadap beberapa narasumber yang terlibat dalam Omah Gamelan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Omah Gamelan Yogyakarta walaupun terpaksa mengadaptasi era digital karena pandemi, berhasil melakukannya dengan cepat dan baik.