Pada umumnya, pola komunikasi yang terbentuk dalam pertunjukan musik, terutama dalam pertunjukan musik barat klasik cenderung bersifat satu arah. Hal tersebut dibuktikan melalui peran dan etika audiens yang tidak terlibat dalam penampilan karya. Keterlibatan audiens dalam pertunjukan dapat ditemukan dalam musik partisipatif. Pola komunikasi dua arah menjadi bagian yang penting dalam musik partisipatif karena menandakan adanya umpan balik dari audiens sebagai inti dalam karya sesuai dengan esensi dari musik partisipatif. Penelitian ini menganalisis bagaimana perancangan komposisi musik partisipatif untuk mewujudkan pola komunikasi dua arah dalam pertunjukan melalui karya yang berjudul Courage. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menganalisis perancangan karya yang mewujudkan pola komunikasi dua arah melalui penggunaan elemen musikal yaitu, bentuk dan repetisi, juga elemen non musikal yaitu, narasi, penataan tempat pertunjukan, pencahayaan, dan kostum. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa untuk mewujudkan pola komunikasi dua arah, karya Courage dirancang dengan bentuk terbuka dan menggunakan repetisi dalam kerangka karya. Kemudian, narasi disusun seperti sebuah cerita berdasarkan konsep karya dan untuk memberi instruksi kepada audiens. Penataan tempat pertunjukan juga dibuat membentuk lingkaran, pencahayaan diatur menyoroti pemain dan audiens dengan intensitas cahaya yang sama, dan pemain menggunakan kostum dengan warna yang berbeda namun masih didalam satu tema warna yang sama.