Kolintang adalah alat musik pukul bernada asal Minahasa yang dimainkan secara bersamaan dalam sebuah ansambel. Menurut survei didapati bahwa masih banyak generasi muda yang belum mengenal apalagi mengupayakan inovasi untuk pengembangan atau pelestarian budaya khususnya untuk ansambel kolintang. Oleh sebab itu dibutuhkan inovasi baru untuk membangkitkan kesadaran dari kaum muda yakni dengan mengenal perekaman audio terlebih khusus teknik perekaman stereo. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan preferensi responden terhadap teknik perekaman stereo yang digunakan untuk perekaman ansambel kolintang. Beberapa teknik perekaman yang dibandingkan dalam penelitain ini antara lain; teknik perekaman stero XY 90°, ORTF, AB dan Mid Side. Hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan survei terhadap 30 orang responden ahli maupun non-ahli menunjukkan bahwa teknik perekaman yang paling banyak disukai adalah teknik perekaman XY 90° dengan jarak 100 cm dan tinggi 200 cm dan dengan akumulasi total presentase dari keseluruhan responden ahli maupun non-ahli sebesar 76,6% (23 orang) dari 100% (30 orang) yang menganggap sampel tersebut merupakan preferensinya dengan rata-rata kriteria subjektif bahwa sampel yang menjadi preferensi terdengar jernih, jelas, memiliki stereo imaging yang realistis, menangkap timbre kolintang secara merata dan seimbang sehingga setiap bunyi dari tiap-tiap instrumen terdengar jelas.