Sarunai adalah alat musik tradisional asal Minangkabau yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara ditiup. Sarunai sering digunakan sebagai pengiring tarian dalam upacara panen adat darek. Sebagai salah satu cara konservasi budaya Indonesia, maka penelitian ini akan menganalisis parameter akustik spektral, temporal dan spasial dari alat musik sarunai. Lebih lanjut, alat musik tiup seruling yang sudah lebih banyak dikenal dalam tradisi barat akan dibandingkan dengan sarunai guna mengkaji lebih dalam karakter sarunai. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif berbasis pengukuran. Pemain sarunai akan memainkan nada C5, D5, E5, F5, G5 dengan intensitas sedang dan kencang masing-masing sebanyak lima kali. Tujuh mikrofon dengan polar omni diletakkan dengan jarak satu meter dari pemain dan masing-masing mikrofon berjarak 30o membentuk setengah lingkaran. Pemain akan memainkan sarunai sebanyak dua kali dengan posisi 180o berbalik, sehingga didapatkan dispersi sarunai secara horizontal. Hasil pengukuran spektral menunjukkan sarunai menghasilkan parsial lebih banyak dibandingkan dengan seruling yang membuat sarunai terdengar lebih “nyaring”. Sarunai memiliki rentang waktu serang 22 ms – 165 ms dan punya kecenderungan level energi yang bertambah sebelum sarunai selesai dibunyikan. Kemudian, sarunai dan seruling tidak memiliki perbedaan waktu pada tiap parsialnya. Frekuensi fundamental setiap nada sarunai baik dimainkan dengan intensitas sedang dan kencang memiliki pola dispersi horizontal yang serupa di tiap nada dan hanya bertambah intensitasnya. Dibandingkan dengan seruling, frekuensi fundamental setiap nada sarunai memiliki penyebaran dengan rentang dinamika yang lebih kecil.