Latar Belakang: Kanker serviks menempati peringkat keempat tertinggi untuk jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia. Namun, cakupan pemeriksaan Pap smear di Indonesia masih tergolong sedikit. Tenaga kesehatan wanita memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran dan mempromosikan pemeriksaan Pap smear kepada wanita awam, sehingga sangatlah krusial bagi tenaga kesehatan wanita untuk memiliki rutinitas pemeriksaan Pap smear sebagai contoh untuk wanita awam. Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia, usia pernikahan, paritas, profesi, tempat kerja dan tingkat sosioekonomi dengan perilaku pemeriksaan Pap smear, serta untuk mengetahui gambaran perilaku pemeriksaan Pap smear tenaga kesehatan wanita di Kecamatan Kelapa Dua. Metode Penelitian: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dan teknik pengambilan sampel quota sampling pada 236 tenaga kesehatan wanita di Kecamatan Kelapa Dua yang memenuhi kriteria penelitian. Data kemudian dianalisis dengan uji regresi logistik. Hasil: Data yang diperoleh dari 236 responden menunjukkan bahwa hanya 80 responden (33,9%) yang melakukan Pap smear. Dari 80 responden tersebut, sebanyak 21 responden (8,9%) periksa < 3 tahun sekali, 28 responden (11,9%) periksa 3 – 5 tahun sekali, dan 31 responden (13,1%) periksa > 5 tahun sekali. Selain itu juga ditemukan hubungan yang bermakna antara usia (p = < 0,001), usia pernikahan (p = < 0,001), paritas (p = < 0,001), profesi (p = < 0,001) dan tingkat sosioekonomi (p = 0,001) dengan perilaku pemeriksaan Pap smear. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan terdapat lebih banyak responden yang tidak melakukan Pap smear daripada yang melakukannya, selain itu juga ditemukan hubungan yang bermakna antara usia, usia pernikahan, paritas, profesi dan tingkat sosioekonomi dengan perilaku pemeriksaan Pap smear. Kata kunci: Pap smear, kanker serviks, tenaga kesehatan wanita / Background: Cervical cancer is the fourth most frequent disease in women worldwide. However, Pap smear coverage in Indonesia remains below the target. Female healthcare professionals play an important role in encouraging women to undergo Pap smear tests, therefore it is crucial for female healthcare professionals to adopt a Pap smear routine as an exemplar. Aim: This study aims to determine whether there is an association between age, duration of marriage, parity, profession, workplace and socioeconomic status with Pap smear practice, as well as to describe Pap smear practice among female healthcare professionals in Kelapa Dua district. Methods: This study uses cross-sectional design and quota sampling of 236 female healthcare professionals in Kelapa Dua district. Logistic regression test was then used to analyze the data. Results: From a total of 236 respondents, only 80 respondents (33.9%) were found to have done Pap smear tests. Of the 80 respondents, 21 respondents (8,9%) tested every < 3 years, 28 respondents (11,9%) tested every 3 – 5 years, and 31 respondents (13,1%) tested every > 5 years. This study also found a significant association between age (p = < 0.001), duration of marriage (p = < 0.001), parity (p = < 0.001), profession (p = < 0.001) and socioeconomic status (p = 0.001) with Pap smear practice. Conclusion: This study found more respondents who did not undergo Pap smear tests, as well as a significant association between age, duration of marriage, parity, profession and socioeconomic status with Pap smear practice. Keywords: Pap smear, cervical cancer, female healthcare professionals