Kasus bullying yang ada di Indonesia sering terjadi di sekolah, terutama pada pelajar remaja yang duduk di sekolah menengah pertama. Dampak yang ditimbulkan akibat bullying membuat korban bullying merasa depresi, stres, sedih berkepanjangan, kehilangan kepercayaan diri, kecemasan, putus asa dan bahkan dapat mengakibatkan bunuh diri. Oleh karena itu, korban bullying perlu memiliki kemampuan untuk dapat keluar dari keadaan yang membuat stres dan menekan yang disebut resiliensi. Untuk meningkatkan dan mendorong resiliensi pada individu diperlukan hope. Sehingga hope akan membantu korban bullying dapat keluar dari kondisi stress yang dialaminya akibat bullying. Tujuan penelitian ini untuk melihat peranan antara hope terhadap resiliensi pada remaja yang pernah mengalami bullying. Metode penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini mendapat hasil bahwa hope dapat memprediksi resiliensi pada remaja korban bullying sebesar 38%./ Case of bullying in Indonesia often occurs in schools, especially among teenage students who are in junior high school. Impact of bullying making victims of bullying feel depressed, stressed, prolonged sadness, loss of self-confidence, anxiety, hopelessness and can even lead to suicide. Therefore, victims bullying need to have the ability to be able to get out of stressful and pressing situations which is called resilience. To increase and encourage resilience in individuals is necessaryhope. So that hope will help the victim bullying can get out of the stressful conditions they experience as a result of bullying. The aim of this research is to look at the role between hope on resilience in adolescents who have experienced bullying. This research method is a quantitative approach cross-sectional. The results of this research show that hope can predict resilience in adolescent victims bullying by 38%.