Penganiayaan psikologis tidak hanya disebabkan oleh kekerasan fisik saja namun terdapat juga kekerasan verbal. Di Indonesia kasus kekerasan verbal meningkat setiap tahunnya. Kekerasan verbal ini juga berdampak pada kesejahteraan psikologis individu hingga mengakibatkan keinginan bunuh diri. Namun, ada diantaranya remaja akhir yang mampu menghadapi situasi berat dengan berpikiran optimis sehingga mereka siap menghadapi dunia kerja, menyelesaikan skripsi, dan kebahagiaan pada karyawan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat dinamika gambaran optimis pada remaja akhir yang mengalami kekerasan verbal dari orang tua. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara pada tiga partisipan. Dari hasil penelitian dapat ditemukan satu subjek dapat optimis ketika diperhadapkan dengan masalah berat namun dua subjek lain belum dapat optimis ketika menghadapi masalah beratnya tersebut. Hal ini dikarenakan tidak terpenuhinya ketiga dimensi optimisme dari teori Seligman.