Bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi pada luka bakar adalah Staphylococcus aureus yang tidak jarang akan membentuk biofilm sehingga menyebabkan resistensi. Diketahui, Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) menjadi organisme yang menyebabkan infeksi invasif pada luka bakar dengan tingkat kejadiaan hingga 50%. Daun tekelan secara tradisional telah dimanfaatkan sebagai alternatif antibakteri dan penyembuhan luka. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dan penyembuhan luka bakar yang diinfeksi MRSA. Penelitian diawali dengan invitro terhadap aktivitas antibakteri dan dilanjutkan dengan uji invivo. Melalui hasil uji invitro, gel ekstrak daun tekelan 40%, 60% dan 80% memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori sedang. Namun, belum sebanding dengan kontrol positif vankomisin. Pada uji invivo, gel dengan konsentrasi 80% memiliki kemampuan dalam mempercepat penyembuhan luka bakar dan secara statistik memiliki aktivitas dalam menurunkan diameter luka bakar yang sebanding dengan kontrol positif mupirocin 2%. Selain itu, seluruh variasi konsentrasi gel ekstrak daun tekelan memiliki efektivitas dalam menurunkan koloni bakteri yang sebanding dengan kontrol positif mupirocin 2%. Melalui temuan ini, gel ekstrak daun tekelan, khususnya pada konsentrasi 80% memiliki potensi sebagai terapi alternatif sediaan topikal untuk luka bakar yang diinfeksi MRSA / The most common bacteria that causes burn infections is Staphylococcus aureus which often forms biofilms, causing resistance. It is known that Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is an organism that causes invasive infections in burns with an incidence rate of up to 50%. Tekelan leaves have traditionally been used as an alternative antibacterial and wound healing. The study was conducted with the aim of determining the antibacterial activity and healing of burns infected with MRSA. The study began with in vitro on antibacterial activity and continued with in vivo testing. Through the results of in vitro testing, 40%, 60% and 80% tekelan leaf extract gels had moderate antibacterial activity. However, it is not comparable to the positive control of vancomycin. In the in vivo test, the gel with a concentration of 80% has the ability to accelerate burn healing and statistically has activity in reducing the diameter of burns comparable to the positive control of mupirocin 2%. In addition, all variations in the concentration of tekelan leaf extract gel have effectiveness in reducing bacterial colonies comparable to the positive control of mupirocin 2%. Through these findings, tekelan leaf extract gel, especially at a concentration of 80%, has the potential as an alternative topical therapy for burns infected with MRSA.