Relevansi krisis perubahan iklim yang dipicu oleh emisi gas rumah kaca sebagai konsekuensi dari penggunaan batu bara, telah menghantarkan dunia melalui pembentukan UNFCCC dengan COP26 di mana Indonesia juga terlibat. Penelitian ini hendak menjelaskan bagaimana hasil COP26 berimplikasi terhadap kebijakan lingkungan Indonesia serta apa saja tantangan dan peluang dalam sektor pertambangan yang dihadapi Indonesia dalam upaya mengimplementasikan hasil tersebut ke dalam ranah kebijakan lingkungan. Penelitian ini menggunakan teori neoliberalisme, pendekatan kualitatif serta metode penelitian studi kasus dengan memanfaatkan data sekunder melalui studi pustaka untuk membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Penelitian ini memiliki dua temuan; Pertama, hasil COP26 diimplementasikan ke dalam kebijakan lingkungan Indonesia melalui serangkaian rencana dalam rancangan peta jalan menuju net zero emission. Peta jalan tersebut disusun oleh pemerintah Indonesia bersama dengan International Energy Agency (IEA). Rencana-rencana di dalam peta jalan tersebut mencangkup rencana pensiun dini PLTU batu bara, pengembangan energi terbarukan, pengembangan teknologi super grid dan Carbon Capture and Storage Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCS/CCUS), serta konversi kendaraan listrik. Kedua, komitmen Indonesia terhadap COP26 menghadapkan Indonesia pada serangkaian tantangan dan peluang. Meskipun memiliki peluang untuk merealisasikan komitmennya, tantangan masih menyelimuti Indonesia terutama terkait dengan ketergantungan Indonesia pada penggunaan batu bara, regulasi yang belum mumpuni, serta kekhawatiran akan pendanaan yang masih belum memadai.