Penyandang autism spectrum disorder membutuhkan penanganan yang baik agar bisa mandiri. Kesempatan pendidikan yang baik akan membantu penyandang autisme spectrum disorder tersebut untuk menumbuhkan kemandiriannya. Guru yang berperan pada perkembangan para siswa penyandang autisme spectrum disorder memerlukan interaksi yang baik dengan para siswanya. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran guru dalam membangun kemandirian melalui interakasi dengan siswa penyandang spectrum autism disorder di SLB Fredofios Yogyakarta. Teori utama yang digunakan adalah Teori Simbolik dan Teori Penetrasi Sosial. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis data deskriptif. Data diambil dengan cara wawancara kepada lima orang guru SLB Fredofios dan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru dalam membangun kemandirian melalui interaksi dengan siswa ditunjukkan dengan komunikasi dua arah antara guru dan siswa dengan menggunakan isyarat dan simbol sesuai dengan kondisi siswa. Ketika menangani siswa, guru perlu bekerjasa sama dengan sesama guru dan orang tua. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mendampingi siswa dan memberikan instruksi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Instruksi dilakukan secara bertahap dengan meminimalisir bantuan yang diberikan kepada siswa. Kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui bahwa peran guru dalam membangun kemandirian melalui interaksi dengan siswa penyandang autism spectrum disorder diterapkan sesuai kondisi setiap siswa dengan cara berinteraksi menggunakan isyarat dan dan simbol. Instruksi dari guru diberikan kepada siswa dengan memperhatikan penetrasi sosial sehingga dicapai kedekatan sosial sesuai dengan kondisi siswa. Kerja sama antara guru dan sesama guru serta guru dan orang tua sangat dibutuhkan untuk penanganan yang lebih maksimal. Dengan demikian, semakin banyak siswa autisme spectrum disorder yang dapat meningkatkan kemandiriannya di masyarakat.