Tiap-tiap agama yang ada selalu mengajarkan nilai kasih dan juga toleransi antara sesama manusia (Melton, 1991 dalam Mandra, 2003). Namun pada kenyataannya seseorang yang religius sekalipun dapat memunculkan sikap prejudice. Banyak akhirnya penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya korelasi kuat akan kedua hal itu, agama dan prejudice. Hal lainnya ada universitas yang secara khusus mengajarkan pelajaran agama tertentu secara mendalam atau religious training, dan juga ditemukan bahwa religious training berkorelasi positif dengan prejudice (Johnson, Rowatt, dan Labouff, 2010). Didukung dengan adanya konflik ras yang juga kuat di Indonesia, maka itu penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan racial prejudice antara mahasiswa seminari dan non-seminari, khususnya di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan menggunakan teknik convenience sampling. Jumlah total responden adalah 120 orang ; 60 berasal dari seminari dan 60 dari non-seminari. Peneliti menggunakan dua jenis alat ukur, yaitu Implicit Association Test (IAT) dan kuesioner self-report adaptasi dari Modern Racism Scale (MRS) sebagai alat ukur implicit dan explicit prejudice. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara seminari dan non-seminari, terkait dengan racial prejudice