Film Miracle in Cell No.7 menghadirkan isu disabilitas intelektual yang disajikan melalui tokoh utama. FIlm ini juga menyinggung hubungan seorang ayah dengan disabilitas dan putrinya. Disabilitas intelektual masih sebuah hal yang negatif di dalam masyarakat. Media massa termasuk film Miracle in Cell No.7 seringkali menyajikan diskriminasi dari masyarakat pada orang dengan disabilitas intelektual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerimaan audiens terhadap penggambaran disabilitas intelektual dalam film Miracle in Cell No.7. Penelitian ini menggunakan metode analisis studi kasus dengan pendekatan analisis resepsi melalui model encoding-decoding Stuart Hall. Metode perolehan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan tiga informan. Hasil penelitian ini dari ketiga informan ini menunjukan adanya interpretasi yang berbeda. Interpretasi ini dipengaruhi oleh sosial-budaya, nilai, dan norma, serta penggunaan media. Dari Hasil wawancara ditemukan bahwa ketiga informan termasuk dalam kategori dominant-hegemonic position. Kemudian satu informan termasuk dalam negotiated position, dan tidak ada informan termasuk dalam oppositional position.