Museum Joang 45 merupakan simbol perjuangan dalam meraih kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, yang berperan dalam memperkuat identitas nasional melalui koleksi artefak, dokumen, dan narasi sejarahnya. Bangunan ini telah mengalami transformasi dari hotel Belanda menjadi markas perjuangan, serta berbagai perubahan fungsi hingga menjadi museum yang diresmikan pada tahun 1974. Dalam menghadapi tuntutan zaman, Museum Joang 45 berupaya untuk memperbarui diri agar tetap relevan bagi masyarakat, dengan fokus pada perancangan interior yang memanfaatkan konsep social space. Tujuan dari pendekatan ini tidak hanya memperkaya pengalaman pengunjung melalui interaksi sosial, tetapi juga meningkatkan partisipasi dalam proses pembelajaran sejarah. Metode pengumpulan data yang digunakan mencakup observasi partisipasi, wawancara, survei, serta dengan perangkat lunak DepthmapX. Pendekatan kualitatif studi kasus tunggal digunakan untuk menganalisis strategi desain yang efektif dalam menciptakan social space di dalam Museum Joang 45, mengatasi keterbatasan ruang sambil mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi interaksi sosial. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan museum sebagai ruang publik yang dinamis dan bermakna dalam memperkuat jati diri bangsa. Implementasi desain Museum Joang 45 berhasil menciptakan pengalaman menarik dan edukatif. Strategi termasuk teknologi modern dan pengaturan ruang efektif, mendukung tujuan museum dalam menyampaikan narasi sejarah yang relevan dan menarik bagi generasi kini. Tanggapan positif dari kolaborator, praktisi, dan pengunjung menegaskan keberhasilan strategi desain dalam menciptakan social space di museum tersebut. / The Joang 45 Museum is a symbol of the struggle for Indonesia's independence in 1945, playing a role in strengthening national identity through its collection of artifacts, documents, and historical narratives. The building has undergone transformations from a Dutch hotel to a headquarters for the struggle, and various functional changes until it became a museum officially inaugurated in 1974. In facing the demands of the times, the Joang 45 Museum strives to renew itself to remain relevant to society, with a focus on interior design that utilizes the concept of social space. The aim of this approach is not only to enrich visitors' experiences through social interaction but also to increase participation in the process of learning history. Data collection methods used include participation observation, interviews, surveys, and using DepthmapX software. A qualitative single case study approach was used to analyze effective design strategies in creating social space within the Joang 45 Museum, addressing spatial limitations while considering various aspects influencing social interaction. The results of this research are expected to contribute to the development of museums as dynamic and meaningful public spaces in strengthening the nation's identity. The implementation of the Joang 45 Museum design has successfully created an engaging and educational experience. Strategies including modern technology and effective spatial arrangements support the museum's goal of conveying relevant and compelling historical narratives to today's generation. Positive feedback from collaborators, practitioners, and visitors confirms the success of the design strategy in creating social space within the museum.