Disertasi ini bertujuan mengeksplorasi gaya kepemimpinan kolaboratif yang diterapkan oleh misionaris Korea dalam hubungannya dengan pemimpin Sekolah Tinggi Teologi (STT) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif jenis Grounded Theory dengan wawancara mendalam selama kurang lebih 2 tahun untuk memahami dinamika interaksi antara misionaris Korea dan pemimpin STT. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada 31 partisipan yang terdiri dari 18 orang misionaris Korea dan 13 pemimpin STT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa misionaris Korea menggunakan gaya kepemimpinan kolaboratif kenosis yang meliputi dimensi: (1) harmoni, (2) parternalistik kemurahan hati, (3) transformasional, (4) kerohaniaan pengosongan diri, (5) dukungan yang berpusat pada mitra dengan berjejaring. Gaya kepemipinan kolaboratif kenosis memberikan dampak komunikasi yang transparan, partisipasi yang aktif dalam pengambilan keputusan, dan pembagian tanggung jawab yang adil. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa misionaris Korea memiliki peran yang sangat penting untuk kemandirian STT. Salah satu hal yang sulit dalam menerapkan gaya kepemimpinan ini adalah adanya masalah kepercayaan, perbedaan budaya dan bahasa serta rasa superioritas. Namun, dengan pendekatan yang berfokus pada hubungan antarpribadi, halangan tersebut dapat diatasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan kolaboratif kenosis yang diadopsi oleh misionaris Korea telah memberikan dampak positif pada peningkatan kemampuan kepemimpinan pemimpin STT dan kemadirian STT.