Language is an essential aspect that needs to be developed within every child. Through language, a child can convey their thoughts to others and express their needs. With the advancement of time, language mastery is no longer confined to the native language but also extends to foreign languages, especially English. In the school where the researcher works, early childhood students are already trained to converse in English. However, it was found that the majority of students in the K2 Green class still respond in Indonesian, even when the teacher attempts to communicate with them in English. The limited English vocabulary of the students also makes it difficult for them to express opinions in English. Therefore, the researcher aims to implement storytelling methods to enhance vocabulary mastery and English speaking skills among K2 students at XYZ School in West Jakarta. This research is conducted within a classroom action research design involving 18 K2 Green class students aged 4-5 years (three of whom have special needs). The storytelling technique utilized in this research is digital storytelling. Data collection is carried out through field notes, observations, and interviews with students. After two cycles, the results indicate an improvement in vocabulary mastery and English speaking skills among 15 students with a percentage of > 75%. However, the remaining three students with special needs have not shown significant progress, achieving a percentage below 75%. / Bahasa merupakan aspek penting yang perlu dikembangkan dalam diri setiap anak. Dengan adanya bahasa seorang anak dapat menyampaikan apa yang menjadi buah pikirannya terhadap orang lain dan apa yang dibutuhkannya. Seiring meningkatnya perkembangan zaman, penguasaan bahasa tidak lagi hanya terpaku pada bahasa Ibu namun juga merujuk pada penguasaan bahasa asing terkhususnya Bahasa Inggris. Di sekolah peneliti bekerja, siswa usia dini sudah dilatih untuk bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris, namun ditemukan sebagian besar siswa di kelas K2 Green masih menjawab dalam Bahasa Indonesia, bahkan ketika guru sudah mengajak siswa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Keterbatasan penguasaan kosakata Bahasa Inggris siswa juga membuat siswa sulit untuk menyampaikan pendapat dalam Bahasa Inggris. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan metode bercerita untuk meningkatkan penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara Bahasa Inggris anak kelas K2 di sekolah XYZ Jakarta Barat. Penelitian ini termasuk dalam desain penelitian tindakan kelas yang melibatkan 18 siswa kelas K2 Green berusia 4-5 tahun (tiga diantaranya adalah siswa berkebutuhan khusus). Teknik bercerita yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bercerita digital. Pengumpulan data dilakukan dengan adanya hasil catatan hasil lapangan, observasi, dan wawancara terhadap siswa. Setelah dua siklus dijalankan, hasil menunjukkan adanya peningkatan penguasaan kosakata dan keterampilan berbicara Bahasa Inggris pada 15 siswa dengan persentase > 75%. Namun tiga siswa lainnya yang merupakan siswa berkebutuhan khusus masih belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan pencapaian persentase yang masih < 75%.